DARI MANAKAH KITA MEMULAI BERINTERAKSI DENGAN AL QURAN?
Oleh Ade Hanapi Abu Raudha, S.Pd.I
Banyak orang yang merasa kebingungan ketika mereka mulai menyadari harus berinteraksi dengan Al Quran. Di satu sisi meyakini Al Quran adalah kitab berisi petunjuk dan pedoman kehidupan sehingga mereka berkesimpulan bahwa yang paling penting berinteraksi dengan Al Quran adalah memahaminya agar dapat diamalkan, namun tidak sedikit yang berkeyakinan bahwa membaca Al Quran dalam arti membaca rangkaian huruf demi huruf, kata demi kata dan kalimat demi kalimat adalah semata-mata untuk nilai ibadah saja tanpa ada beban harus memahaminya walaupun meyakini pentingnya memahami al Quran tersebut. Ada juga yang bersungguh-sungguh menghafalkannya karena memang tidak sedikit keterangan-keterangan baik dari al Quran maupun sunnah Rasulullah saw yang menekankan pentingnya menghafal Al Quran. Efek yang buruk dari pemahaman yang parsial berkaitan dengan tuntutan berinteraksi dengan Al Quran pada akhirnya mengantarkan seseorang pada sikap saling merendahkan pendapat yang lain dan mengunggulkan pendapat pribadinya, contoh, di antara mereka ada yang berkata, “buat apa al Quran di baca tapi kalau tidak paham artinya?” ada lagi yang berkata, “ buat apa al Quran dihafalkan, al Quran kan kitab petunjuk yang harus dipahami, jadi yang penting adalah memahaminya! Dan ungkapan-ungkapan lainnya yang sejenis dengan itu bahkan nyaris boleh jadi menjerumuskan pada kekufuran, contoh,”bagi saya membaca al Quran itu hanya murni sebagai ritual ibadah saja, kalau untuk dipahami terkadang banyak aturan-aturan yang tidak realistis dan aplikatif di zaman sekarang ini!”Na’udzubillah!
Agar terhindar dari kebingungan dari manakah sebenarnya kita memulai berinteraksi dengan Al Quran maka tentunya langkah yang paling tepat adalah dengan merujuk kepada pedoman yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, bagaimana beliau memulai belajar berinteraksi dengan Al Quran sebab beliau adalah satu-satunya panutan, rujukan dan contoh dalam melaksanakan amanat agama ini dengan benar.
Interaksi Beliau saw dengan Al Quran, didiskripsikan oleh Allah swt dalam QS. Al Qiyamah : 16-19 :
لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْناَ جَمْعَهُ وَ قُرْانَهُ (17)فَإِذَا قَرَأْناَهُ فَاتَّبِعْ قُرْانَهُ(18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)
janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya. (QS. Al Qiyamah : 16-19)
Menurut ayat di atas, Allah menegur Rasulullah saw untuk tidak tergesa-gesa membaca al Quran ketika Jibril as belum selesai membacakannya atau mencontohkannya. Hal ini membuktikan bahwa Rasulullah saw demikian berusaha untuk menguasai bacaan al Quran dari sumbernya yaitu Jibril as yang menyampaikan wahyu tersebut dari Allah swt. berarti Rasulullah saw memulai interaksi dengan Al Quran melalui belajar membacanya. Pada kalimat berikutnya, Allah swt menginformasikan bahwa penguasaan Al Quran hanyalah murni merupakan hak prerogatif Allah yang akan dilimpahkan kepada siapapun yang dikaruniai-Nya atas kehendak-Nya. Sedangkan tugas dari mereka yang belajar adalah hanyalah menunjukkan kesungguhan dengan segenap potensi yang telah Allah berikan kepadanya baik akal, pikiran, fisik, waktu dan kesempatan secara maksimal. Hal tersebut diisyaratkan melalui kata perintah “fattabi’ yang berarti ‘ikutilah mengisyaratkan kesungguhan dan keterpaksaan dalam mengikutinya sesempurna mungkin sebagaimana yang dikehendaki atau dicontohkannya. Hal ini membuktikan bahwa kunci kesuksesan dalam berinteraksi dengan Al Quran adalah dengan menunjukkan kesungguhan bahkan memaksa diri untuk mengalahkan segala keinginan sebaliknya, terutama dalam hal memaksa diri dan bersungguh-sungguh untuk mampu membaca dan menyempurnakan bacaannya, karena kesungguhan merupakan dasar dinilainya suatu perbuatan oleh Allah swt sebagaimana dalam QS. Al Isra : 19.
Ayat selanjutnya memberikan jawaban kepada orang-orang yang berkesimpulan bahwa ‘bagi saya yang penting adalah memahaminya agar segera dapat diamalkan, tidak penting untuk belajar membacanya! Tentu pendapat ini keliru sebab melalui ayat di atas, Allah swt memberikan jaminan penjelasan kepada setiap orang yang telah bersungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan Al Quran yang dimulai dari belajar membacanya. Dan bukankah pentingnya belajar membaca Al Quran pun telah diperintahkan oleh Al Quran itu sendiri melalui QS. Al-Muzzammil : 4, QS. Al Baqarah : 121 dan surat lainnya. Maka jika seseorang yang berpendapat demikian telah jujur dengan pernyataannya, yakni dia telah memahami perintah itu dari Al Quran, maka dia pun harus melaksanakannya. Dengan demikian, langkah berinteraksi dengan Al Quran yang paling penting adalah dengan memulai dari belajar membacanya yang disebut dengan Tahsin Al Quran, bersungguh-sungguh untuk mencapai target kesempurnaannya dalam rangka memantaskan diri agar menjadi orang-orang layak mendapatkan karunia dari Allah swt dalam kesempurnaan berinteraksi dengan Al Quran. Jika anda merasa kesulitan untuk mendapatkan tempat belajar yang representatif dan kondusif, Anda dapat menjadikan LKP TARQI yang terletak di Jl. Pahlawan 64 Bandung sebagai salah satu alternatif tempat belajar Al Quran yang Anda inginkan. Untuk informasi lebih lanjut dapat dikunjungi situsnya pada www.tarqi.org.
hehehe...
BalasHapusdepan2 nya bagus banget, ke bawahnya lha kok iklan sih..??