Rabu, 09 Mei 2012

BERGEMBIRA DENGAN AL QURAN


 BERGEMBIRA DENGAN AL QURAN
Tadabbur QS. Yunus : 57-58
Oleh: Ade Hanapi Abu Raudha S. Pd.I














Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

Allah swt menginformasikan kepada seluruh manusia bahwa sungguh telah datang suatu ‘mauizhah’ yakni pengajaran tertinggi sarat dengan kemuliaan dan penuh dengan keagungan ditujukan bagi kehidupan manusia secara keseluruhan yang juga berfungsi sebagai penyembuh bagi segala penyakit yang ada di dalam dada, petunjuk dan pedoman dalam menuju keselamatan dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman..itulah al Quran karena ia meliputi segala sesuatu yang disebutkan di dalamnya.
Dalam ayat di atas, menyebutkan empat sifat atau fungsi al Quran yaitu sebagai berikut :
1.     Mauizhah atau nasehat, peringatan, pengajaran dari sisi Allah.
2.    Obat atau resep kesembuhan bagi penyakit di dalam dada.
3.    Petunjuk atau pedoman kehidupan.
4.    Rahmat Allah bagi orang-orang yang beriman.
Ayat di atas awalnya tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman saja melainkan kepada manusia secara keseluruhan yang hidup di muka bumi ini yang memang telah dijadikan sebagai tempat yang mewadahi manusia dalam mencapai tujuan penciptaannya yaitu beribadah kepada Allah swt. Ayat ini kiranya hendak memberikan pesan bahwa manusia akan mampu mencapai kemaslahatannya yang tertinggi apabila telah menempatkan al Quran dalam kehidupan sebagaimana keempat fungsinya yang telah disebutkan.
Ayat ini menjelaskan pula bahwa pengajaran tertinggi itu datang dari Allah yang dikenalkan dengan nama ‘Rabbikum’ Rabb kalian. Rabb seringkali diungkapkan di dalam al Quran sebagai nama lain dari Allah swt. dan sering diartikan ‘Tuhan’. Penggunaan kata Rabb tidak lepas dari sifat ke-rububiyyah-an Allah swt yang maksudnya adalah Allah satu-satunya Dzat yang maha berbuat terhadap makhluk-Nya yakni alam semesta dan semua benda yang ada di dalamnya termasuk manusia. Ke-maha berbuatan-Nya itu dimulai dengan penciptaan, pengaturan, pemeliharaan dan kepengurusan semuanya mutlak berada dalam kendali Allah swt yang maha tepat dalam sasarannya, maha jitu dalam tujuannya, tidak akan pernah melenceng dan meleset dalam kebijaksanaan-Nya karena Dia maha Adil dan maha Bijaksana dalam mengurus makhluk-Nya. Agar manusia dapat merasakan sifat kerububiyyahan-Nya secara sempurna sesuai dengan harapan hingga akhir tujuan di akhirat nanti, maka manusia dituntut untuk mengikuti al Quran sebagai sumber petunjuk, tuntutan dan tuntunan-Nya karena al Quran memiliki ke-empat fungsi tadi dan sebagai bukti kepengurusan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk mencapai kemaslahatannya.
Mauizhah sebagaimana disebut dalam ayat di atas adalah sifat pertama yang dikenalkan dari al Quran. Mauizhah bermakna “peringatan yang menggugah hati serta menimbulkan rasa takut’ yang datang dari Rabb yakni Tuhan Pemelihara yang pasti pemeliharaan-Nya sempurna dan tidak mengandung kekeliruaan (Al Mishbah, Vol. 6, hlm. 102). Sudah seharusnya setiap manusia yang mengimaninya menunjukkan apresiasi yang besar terhadapnya, penuh pengagungan dan pemuliaan bahkan membangun rasa senang dan gembira penuh suka cita dalam berinteraksi dan bergaul dengannya karena ia akan menghilangkan dahaga dari kehausan yang tiada tara, membuat kenyang orang-orang yang lapar dan membuat puas orang-orang yang berakal lurus dan berhati bersih yang tiada sekat sedikitpun yang menghalangi.
Al Quran juga dikenalkan sebagai ‘syifaa’ yaitu kesembuhan atau penawar atau obat penyakit yang ada di dalam dada. Menurut al Baghawi, syifaa yang dimaksud adalah obat kebodohan atau obat penyakit karena butanya hati. Menurut as-Syaukani di dalam Fathul Qadir, al Quran sebagai obat penyakit di dalam dada yakni keraguan-keraguan yang nampak pada orang-orang yang ragu karena di dalamnya terdapat resep yang bermanfaat yakni kebenaran aqidah yang haq, membongkar kepalsuan aqidah yang batil. di dalamnya merupakan peringatan dan kabar gembira, janji dan ancaman yang dapat membangun sikap penuh harap dan rasa takut kepada Allah sehingga ia akan mengupayakan untuk mengedepankan apa yang dikehendaki Allah dari pada mengedepankan keinginan manusiawinya. Jika demikian dalam prinsip hidupnya, maka ia akan menjadi sehat hatinya dan mengantarkannya menuju perjumpaan dengan Allah swt pada saatnya nanti dimana harta dan anak menjadi tidak berguna kecuali mereka yang datang dengan hati yang selamat dan sehat.
Al Quran sering pula disebut-sebut sebagai ‘huda’ atau petunjuk. Bahkan penyebutan ini demikian seringnya sehingga mengindikasikan sebagai fungsi utama al Quran sebagai petunjuk manusia menuju kehidupan yang diridhai oleh Allah swt. sudah sepatutnya, manusia yang mengimaninya sebagai petunjuk untuk membuktikan dengan menempatkannya sebagai pedoman satu-satunya yang menyelamatkan pada kehidupan dunia dan akhiratnya serta meyakininya bahwa jangan sampai ada dari celah kehidupan yang dijalaninya lepas dari tuntunan al Quran. Keyakinan ini mendorongnya untuk terus-menerus mendalaminya, bergaul dan berinteraksi dengannya agar dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari al Quran. Di dalam ‘Fathul Qadir’ disebutkan bahwa petunjuk itu berfungsi bagi mereka yang bersungguh-sungguh untuk mengikuti al Quran, orang-orang yang mentafakkuri apa yang ada di dalammnya dan mentadabburi makna-maknanya agar dapat berjalan di atas jalan yang dapat mengantarkannya menuju surga, itulah fungsi yang dimiliki al Quran sebagai ‘huda’.
Al Quran juga hadir sebagai ‘rahmat’, yakni kenikmatan yang sangat dibutuhkan yang mengantarkan pada kebaikan dan kebajikan sebagai bentuk kasih sayang Allah, artinya apa pun yang ada di dalam al Quran dari setiap perkara dan urusannya baik berupa perintah maupun larangan merupakan  bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba yang beriman kepada-Nya dan kepada kitab-Nya. Yakni hanya orang-orang yang beriman dan mengambil petunjuk darinyalah yang dapat merasakan manfaat darinya.
Pada ayat berikutnya Allah swt memerintahkan, “ katakanlah,  dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” Di dalam tafsir al Baghawi, menjelaskan terdapat beberapa pendapat para ulama dalam menafsirkan ‘fadhlullah’ dan ‘rahmatuhu’, sebagai berikut :
1.     Menurut Mujahid dan Qatadah,  ‘fadhlullah’ adalah keimanan sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah al Quran.
2.    Menurut Abu Said al Khudri, ‘fadhlullah’ adalah al Quran sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah Kami menjadikannya sebagai ahlinya atau keluarganya.
3.    Menurut Ibnu Umar, ‘fadhlullah’ adalah Islam sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah menjadikannya indah di dalam hati.
4.    Menurut Khalid bin Ma’dan, ‘fadhlullah’ adalah al Quran sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah as-sunnah.
5.    Dikatakan bahwa ‘fadhlullah’ adalah keimanan sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah surga.
Sedangkan as-Syaukani menuliskan di dalam fathul Qadir diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan ‘Fadhlullah’ adalah al Quran sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah al Islam. Menurutnya, yang paling tepat adalah membawa kedua kata tersebut pada makna yang umum dengan menempatkan makna al Quran sebagai yang paling utama.
Ayat ini memerintahkan untuk menunjukkan ekspresi kegembiraan, rasa senang dan suka cita bagi orang-orang yang beriman dan sikap seperti itu hanya paling pantas dan paling utama ditunjukkan karena Allah telah memberikan karunia dan rahmat-Nya baik itu jalan Islam atau pun al Quran. Sepertinya tidak ada ekspresi kegembiraan yang pantas dilakukan melainkan karena telah dikaruniakan nikmat terbesar yaitu jalan Islam yang berdasarkan al Quran maka sudah sepantasnya setiap mukmin menunjukkan semangat yang hebat, antusiasme yang besar dan responsibilitas yang tinggi dalam menunjukkan interaksinya dengan al Quran yang mulia ini. Membacanya diharapkan telah menjadi hobi yang menyenangkan, menyempurnakan bacaannya telah menjadi kenikmatan yang menghibur, menghafalkan dan mengulang-ulang bacaannya telah menjadi kegiatan yang menentramkan, merenungkan ayat-ayatnya telah memberikan ketenangan dan mengundang kerinduan yang mendalam, menerapkannya dalam kehidupan telah menjadi rutinitas amalan, dan mendakwahkannya kepada orang lain telah memberikan kebahagiaan pada hidupnya untuk menyongsong kebahagiaan hakiki yang dijanjikan. Dan itu semua dilaksanakan dengan penuh suka cita dan kegembiraan, demikian pesan ayat di atas.  Itulah perintah Allah yang harus kita terapkan dalam kehidupan yaitu menemukan kebahagiaan dan ekspresi kegembiraan dalam interaksi dengan al Quran ini, sudahkah kita menemukan dan merasakannya? Atau mungkin justru kita merasakan sebaliknya yaitu kejenuhan dan kebosanan ketika berinteraksi dengan al Quran? Na’udzubillahi min dzalik!...semoga Allah melindungi kita dari hal demikian. Karena itu berarti telah berkurang keimanan dan meluntur keyakinan padahal Allah swt memberitahukan bahwa bergembira dengan al Quran adalah jauh lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan yakni dari harta dan materi yang dikumpulkan oleh mereka yang tidak beriman. Dari sekedar kenikmatan dunia yang menipu dan melenakan. Maka apalagi yang kita tunggu,mari kita tumbuhkan semangat yang tinggi dan antusiasme yang besar dalam berinteraksi dengan al Quran ini sehingga menjadi sebuah kerinduan yang dapat memberikan ketenangan jiwa, ketentraman hati untuk menyongsong kebahagiaan hakiki di akhirat nanti.  Allahu Akbar!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar