BERGEMBIRA DENGAN AL QURAN
Tadabbur QS. Yunus : 57-58
Oleh: Ade Hanapi Abu Raudha S. Pd.I
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
Allah swt
menginformasikan kepada seluruh manusia bahwa sungguh telah datang suatu
‘mauizhah’ yakni pengajaran tertinggi sarat dengan kemuliaan dan penuh dengan
keagungan ditujukan bagi kehidupan manusia secara keseluruhan yang juga
berfungsi sebagai penyembuh bagi segala penyakit yang ada di dalam dada,
petunjuk dan pedoman dalam menuju keselamatan dan sebagai rahmat bagi
orang-orang yang beriman..itulah al Quran karena ia meliputi segala sesuatu
yang disebutkan di dalamnya.
Dalam ayat di atas,
menyebutkan empat sifat atau fungsi al Quran yaitu sebagai berikut :
1.
Mauizhah
atau nasehat, peringatan, pengajaran dari sisi Allah.
2.
Obat
atau resep kesembuhan bagi penyakit di dalam dada.
3.
Petunjuk
atau pedoman kehidupan.
4.
Rahmat
Allah bagi orang-orang yang beriman.
Ayat di atas awalnya
tidak hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman saja melainkan kepada
manusia secara keseluruhan yang hidup di muka bumi ini yang memang telah
dijadikan sebagai tempat yang mewadahi manusia dalam mencapai tujuan
penciptaannya yaitu beribadah kepada Allah swt. Ayat ini kiranya hendak
memberikan pesan bahwa manusia akan mampu mencapai kemaslahatannya yang
tertinggi apabila telah menempatkan al Quran dalam kehidupan sebagaimana
keempat fungsinya yang telah disebutkan.
Ayat ini menjelaskan
pula bahwa pengajaran tertinggi itu datang dari Allah yang dikenalkan dengan
nama ‘Rabbikum’ Rabb kalian. Rabb seringkali diungkapkan di dalam al Quran
sebagai nama lain dari Allah swt. dan sering diartikan ‘Tuhan’. Penggunaan kata
Rabb tidak lepas dari sifat ke-rububiyyah-an Allah swt yang maksudnya adalah
Allah satu-satunya Dzat yang maha berbuat terhadap makhluk-Nya yakni alam
semesta dan semua benda yang ada di dalamnya termasuk manusia. Ke-maha
berbuatan-Nya itu dimulai dengan penciptaan, pengaturan, pemeliharaan dan
kepengurusan semuanya mutlak berada dalam kendali Allah swt yang maha tepat
dalam sasarannya, maha jitu dalam tujuannya, tidak akan pernah melenceng dan
meleset dalam kebijaksanaan-Nya karena Dia maha Adil dan maha Bijaksana dalam mengurus
makhluk-Nya. Agar manusia dapat merasakan sifat kerububiyyahan-Nya secara
sempurna sesuai dengan harapan hingga akhir tujuan di akhirat nanti, maka
manusia dituntut untuk mengikuti al Quran sebagai sumber petunjuk, tuntutan dan
tuntunan-Nya karena al Quran memiliki ke-empat fungsi tadi dan sebagai bukti
kepengurusan dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk mencapai
kemaslahatannya.
Mauizhah sebagaimana
disebut dalam ayat di atas adalah sifat pertama yang dikenalkan dari al Quran.
Mauizhah bermakna “peringatan yang menggugah hati serta menimbulkan rasa takut’
yang datang dari Rabb yakni Tuhan Pemelihara yang pasti pemeliharaan-Nya
sempurna dan tidak mengandung kekeliruaan (Al Mishbah, Vol. 6, hlm. 102). Sudah
seharusnya setiap manusia yang mengimaninya menunjukkan apresiasi yang besar
terhadapnya, penuh pengagungan dan pemuliaan bahkan membangun rasa senang dan
gembira penuh suka cita dalam berinteraksi dan bergaul dengannya karena ia akan
menghilangkan dahaga dari kehausan yang tiada tara, membuat kenyang orang-orang
yang lapar dan membuat puas orang-orang yang berakal lurus dan berhati bersih
yang tiada sekat sedikitpun yang menghalangi.
Al Quran juga
dikenalkan sebagai ‘syifaa’ yaitu kesembuhan atau penawar atau obat penyakit
yang ada di dalam dada. Menurut al Baghawi, syifaa yang dimaksud adalah obat
kebodohan atau obat penyakit karena butanya hati. Menurut as-Syaukani di dalam
Fathul Qadir, al Quran sebagai obat penyakit di dalam dada yakni
keraguan-keraguan yang nampak pada orang-orang yang ragu karena di dalamnya
terdapat resep yang bermanfaat yakni kebenaran aqidah yang haq, membongkar
kepalsuan aqidah yang batil. di dalamnya merupakan peringatan dan kabar
gembira, janji dan ancaman yang dapat membangun sikap penuh harap dan rasa
takut kepada Allah sehingga ia akan mengupayakan untuk mengedepankan apa yang
dikehendaki Allah dari pada mengedepankan keinginan manusiawinya. Jika demikian
dalam prinsip hidupnya, maka ia akan menjadi sehat hatinya dan mengantarkannya
menuju perjumpaan dengan Allah swt pada saatnya nanti dimana harta dan anak
menjadi tidak berguna kecuali mereka yang datang dengan hati yang selamat dan
sehat.
Al Quran sering pula
disebut-sebut sebagai ‘huda’ atau petunjuk. Bahkan penyebutan ini demikian
seringnya sehingga mengindikasikan sebagai fungsi utama al Quran sebagai
petunjuk manusia menuju kehidupan yang diridhai oleh Allah swt. sudah
sepatutnya, manusia yang mengimaninya sebagai petunjuk untuk membuktikan dengan
menempatkannya sebagai pedoman satu-satunya yang menyelamatkan pada kehidupan
dunia dan akhiratnya serta meyakininya bahwa jangan sampai ada dari celah
kehidupan yang dijalaninya lepas dari tuntunan al Quran. Keyakinan ini
mendorongnya untuk terus-menerus mendalaminya, bergaul dan berinteraksi
dengannya agar dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari al Quran. Di
dalam ‘Fathul Qadir’ disebutkan bahwa petunjuk itu berfungsi bagi mereka yang
bersungguh-sungguh untuk mengikuti al Quran, orang-orang yang mentafakkuri apa
yang ada di dalammnya dan mentadabburi makna-maknanya agar dapat berjalan di
atas jalan yang dapat mengantarkannya menuju surga, itulah fungsi yang dimiliki
al Quran sebagai ‘huda’.
Al Quran juga hadir
sebagai ‘rahmat’, yakni kenikmatan yang sangat dibutuhkan yang mengantarkan
pada kebaikan dan kebajikan sebagai bentuk kasih sayang Allah, artinya apa pun
yang ada di dalam al Quran dari setiap perkara dan urusannya baik berupa
perintah maupun larangan merupakan
bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-hamba yang beriman kepada-Nya dan
kepada kitab-Nya. Yakni hanya orang-orang yang beriman dan mengambil petunjuk
darinyalah yang dapat merasakan manfaat darinya.
Pada ayat berikutnya
Allah swt memerintahkan, “ katakanlah, dengan
karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.” Di dalam
tafsir al Baghawi, menjelaskan terdapat beberapa pendapat para ulama dalam
menafsirkan ‘fadhlullah’ dan ‘rahmatuhu’, sebagai berikut :
1.
Menurut
Mujahid dan Qatadah, ‘fadhlullah’ adalah
keimanan sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah al Quran.
2.
Menurut
Abu Said al Khudri, ‘fadhlullah’ adalah al Quran sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah
Kami menjadikannya sebagai ahlinya atau keluarganya.
3.
Menurut
Ibnu Umar, ‘fadhlullah’ adalah Islam sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah menjadikannya
indah di dalam hati.
4.
Menurut
Khalid bin Ma’dan, ‘fadhlullah’ adalah al Quran sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah
as-sunnah.
5.
Dikatakan
bahwa ‘fadhlullah’ adalah keimanan sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah surga.
Sedangkan as-Syaukani
menuliskan di dalam fathul Qadir diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwa yang dimaksud
dengan ‘Fadhlullah’ adalah al Quran sedangkan ‘rahmatuhu’ adalah al Islam.
Menurutnya, yang paling tepat adalah membawa kedua kata tersebut pada makna
yang umum dengan menempatkan makna al Quran sebagai yang paling utama.
Ayat ini memerintahkan
untuk menunjukkan ekspresi kegembiraan, rasa senang dan suka cita bagi
orang-orang yang beriman dan sikap seperti itu hanya paling pantas dan paling
utama ditunjukkan karena Allah telah memberikan karunia dan rahmat-Nya baik itu
jalan Islam atau pun al Quran. Sepertinya tidak ada ekspresi kegembiraan yang
pantas dilakukan melainkan karena telah dikaruniakan nikmat terbesar yaitu
jalan Islam yang berdasarkan al Quran maka sudah sepantasnya setiap mukmin
menunjukkan semangat yang hebat, antusiasme yang besar dan responsibilitas yang
tinggi dalam menunjukkan interaksinya dengan al Quran yang mulia ini.
Membacanya diharapkan telah menjadi hobi yang menyenangkan, menyempurnakan
bacaannya telah menjadi kenikmatan yang menghibur, menghafalkan dan
mengulang-ulang bacaannya telah menjadi kegiatan yang menentramkan, merenungkan
ayat-ayatnya telah memberikan ketenangan dan mengundang kerinduan yang
mendalam, menerapkannya dalam kehidupan telah menjadi rutinitas amalan, dan
mendakwahkannya kepada orang lain telah memberikan kebahagiaan pada hidupnya
untuk menyongsong kebahagiaan hakiki yang dijanjikan. Dan itu semua
dilaksanakan dengan penuh suka cita dan kegembiraan, demikian pesan ayat di
atas. Itulah perintah Allah yang harus
kita terapkan dalam kehidupan yaitu menemukan kebahagiaan dan ekspresi
kegembiraan dalam interaksi dengan al Quran ini, sudahkah kita menemukan dan
merasakannya? Atau mungkin justru kita merasakan sebaliknya yaitu kejenuhan dan
kebosanan ketika berinteraksi dengan al Quran? Na’udzubillahi min
dzalik!...semoga Allah melindungi kita dari hal demikian. Karena itu berarti
telah berkurang keimanan dan meluntur keyakinan padahal Allah swt
memberitahukan bahwa bergembira dengan al Quran adalah jauh lebih baik dari
pada apa yang mereka kumpulkan yakni dari harta dan materi yang dikumpulkan
oleh mereka yang tidak beriman. Dari sekedar kenikmatan dunia yang menipu dan
melenakan. Maka apalagi yang kita tunggu,mari kita tumbuhkan semangat yang
tinggi dan antusiasme yang besar dalam berinteraksi dengan al Quran ini
sehingga menjadi sebuah kerinduan yang dapat memberikan ketenangan jiwa, ketentraman
hati untuk menyongsong kebahagiaan hakiki di akhirat nanti. Allahu Akbar!!!