Sabtu, 31 Desember 2011

MENGAPA HARUS TAHSIN DALAM TILAWAH AL QURAN


MENGAPA HARUS TAHSIN DALAM TILAWAH AL QURAN
Oleh Ade Hanapi Abu Raudha, S.Pd.I
Staff Pengajar Al Quran LKP TARQI
Masih berhubungan dengan tanggung jawab pertama seorang muslim terhadap al Quran yaitu adalah Tahsin Tilawah. Setelah memahami makna tilawah sebagaimana pada artikel sebelumnya, kata tersebut mengandung makna tuntutan agar dalam membaca al Quran harus benar dan tepat sesuai dengan contohnya demi terjaganya orisinalitas praktik tilawah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw, para sahabat dan pengikut sunnahnya yang setia. Itulah yang dimaksud dengan tahsin dalam membaca al Quran.
Tahsin menurut bahasa berasal dari ‘hassana-yuhassinu’ yang artinya membaguskan. Kata ini sering digunakan sebagai sinonim dari kata tajwid yang berasal dari ‘jawwada-yujawwidu’ apabila ditinjau dari segi bahasa. Oleh karena itu, pendefinisian tahsin menurut istilah disamakan dengan pendefinisan tajwid. Dalam Buku Tahsin Tilawah 1 LKP TARQI, penulis menuliskan bahwa definisi tajwid menurut para ulama secara umum sebagai berikut :
Tahsin atau tajwid adalah “mengeluarkan setiap huruf-huruf al Quran dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya.” Atau dengan kata lain menyempurnakan semua hal yang berkaitan dengan kesempurnaan pengucapan huruf-huruf al Quran dari aspek sifat-sifatnya yang senantiasa melekat padanya dan menyempurnakan pengucapan hukum hubungan antara satu huruf dengan yang lainnya seperti idzhar, idgham, ikhfa dan sebagainya.
Urgensi Tahsin dalam Membaca Al Quran
Pentingnya mencapai tahsin dalam membaca al Quran dapat diungkapkan melalui beberapa alasan sebagai berikut :
1.     Perintah Allah swt.
Eksistensi seseorang dalam keislamannya menuntut yang bersangkutan untuk melaksanakan segala kewajiban yang dibebankan oleh Islam itu sendiri demi kemaslahatan dirinya baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat yang merupakan bagian dari keyakinannya. Dasar semua pelaksanaan perbuatan itu adalah perintah yakni perintah Allah swt yang telah menetapkan Islam sebagai satu-satunya agama yang lurus dan diterima disisi-Nya. Itulah yang disebut dengan ibadah. Agar ibadah tersebut diterima pula di sisi-Nya maka, ibadah tersebut harus dilaksanakan dengan benar sesuai dengan tuntutan dan tuntunan-Nya. Menyempurnakan bacaan al Quran merupakan bagian dari sekian amal bernilai ibadah yang diperitahkan-Nya sebagaimana dalam QS. Al-Muzzammil : 4 dan QS. Al Baqarah : 121.
2.    Refleksi keimanan
Menurut QS. Al Baqarah : 121, pelaksanaan membaca al Quran dengan menerapkan prinsip ‘haqqa tilawah’  yakni membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana ketika ia diturunkan merupakan refleksi dari keimanan terhadap Kitab yang diturunkan oleh-Nya. Bahkan jika tidak melaksanakannya maka akan terancam dengan kerugian dan kebinasaan abadi di akhirat nanti. Dengan demikian semangat untuk mempelajari al Quran dan menyempurnakan bacaannya merupakan bukti kejujuran berimanan kepada kitab-Nya.
3.    Bukti Tanda Kesyukuran
Allah swt menjelaskan dalam QS. Al-Kahfi : 1, tentang dua nikmat terbesar yang telah diturunkan mendampingi kehidupan manusia yaitu diturunkannya Al Quran dan diutusnya Rasulullah saw. Surat tersebut diawali dengan lafazh ‘alhamdulillah’ untuk mengingatkannya. Lafazh tersebut telah dikenal sebagai ungkapan kesyukuran akan karunia dan nikmat terbesar dari Allah swt yang diturunkan kepada kehidupan manusia. Di dalam al Quran hanya ada 5 surat saja yang diawali dengan lafazh tersebut mengisyaratkan tentang nikmat Allah yang terbesar itu. Pada QS. Al Kahfi : 1, dengan demikian mengisyaratkan bahwa sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah swt dengan kedua nikmat tersebut, maka setiap muslim dituntut untuk senantiasa menjadikan dirinya agar semakin dengan dengan al Quran dengan cara yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah saw.
4.    Membiasakan profesi Takwa
Taqwa adalah target penghambaan setiap muslim kepada Rabbnya. Allah swt berfirman dalam QS. Al Baqarah : 21, yang artinya : Wahai manusia sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Alasan setiap muslim untuk mencapai takwa adalah agar menjadi hamba yang diperhatikan oleh Allah swt di akhirat nanti (QS. 49 : 13), agar terhindar dari ancaman Allah swt (QS. 19 : 71-72) dan agar menjadi manusia yang pantas mendapatkan janji-Nya yaitu Surga Jannatunna’im (QS. 3: 133). Apabila diperhatikan pada QS. Ali Imran : 133, orang-orang yang bertakwa yang dijanjikan surga kepadanya disebut dengan ‘muttaqin’. Secara bahasa, kata tersebut merupakan sebutan pelaku yang mengindikasikan amal-amal yang dikandung oleh kata kerjanya telah menjadi kebiasaan atau profesi. Salah satu profesi takwa adalah berinteraksi dengan al Quran sebagaimanan diindikasikan melalui QS. Al Baqarah : 2. Ayat tersebut menegaskan tentang korelasi yang sangat kuat antara sifat muttaqin dengan ciri utamanya adalah persahabatan dengan al Quran yang diyakini kebenarannya tanpa ada keraguan sedikitpun.
5.    Menghindarkan dari dari Kesalahan
Dalam ilmu tajwid, kesalahan dalam membaca al Quran ada 2. Yaitu yang disebut dengan ‘Lahn Jaliyy’ dan ‘Lahn Khafiyy’. Lahn Jaliyy adalah kesalahan yang tergolong fatal jika dilakukan oleh pembaca al Quran bahkan kesengajaannya menjerumuskannya pada amaliah yang haram seperti tertukarnya huruf-huruf yang dibaca, baris atau harakat yang berubah karena kurangnya sikap kehati-hatian pembacanya. Sedangkan Lahn Khafiyy adalah kesalahan yang tergolong ringan seperti tidak menyempurnakan kaidah panjang sebagaimana yang diminta atau tidak menahan dengungan ‘ghunnah’ sebagaimana kaidahnya. Kesalahan ini walaupun tergolong ringan, tetapi telah mencemari keindahan al Quran dari segi bacaannya jika tidak diindahkan oleh para pembacanya. Dengan mempelajari tahsin al Quran, maka setiap pembaca telah membangun kepedulian untuk mengenali jenis-jenis kesalahan ini dan menghindarinya, maka selamatlah ia dari kesalahan tersebut.

Senin, 26 Desember 2011

URGENSI DAN MAKNA TILAWAH AL QURAN


URGENSI DAN MAKNA TILAWAH AL QURAN
Oleh Ade Hanapi Abu Raudha, S.Pd.I
Tanggung jawab seorang muslim berkaitan dengan al Quran yang paling pertama adalah membacanya, tentu karena al Quran berbahasa arab, maka seseorang dituntut untuk mampu membaca kata-demi kata, kalimat demi kalimat dalam bahasa arab atau ‘melek huruf’ al Quran. Membaca al Quran yang seperti ini merupakan pemaknaan dari bahasa aslinya yaitu tilawah al Quran. Isyarat pentingnya tilawah al Quran ditegaskan oleh al Quran itu sendiri yaitu pada QS. Al Baqarah : 121, QS. Fathir 29 dan beberapa ayat di tempat lainnya yang mengindikasikan pentingnya tilawah yang pada umumnya diawali dengan kata perintah atau pujian pada orang-orang yang melaksanakannya.
Kata tilawah merupakan bentuk ‘mashdar’ atau kata sifat yang terbentuk dari kata kerja dasar ‘talaa (kata kerja bentuk lampau/kkbl) - yatluu’ (kata kerja bentuk sekarang/kkbs). Dalam bentuk jamak berarti ‘talau’ atau ‘yatluuna’. Sedangkan dalam kata perintah biasanya di baca ‘utluu’ atau jika dahului wawu menjadi ‘watluu’.
Pada QS. Al Baqarah : 121 Allah swt berfirman :
                       ﭿ                  
Orang-orang yang Kami datangkan al-kitab kepadanya, mereka membacanya dengan sebenar-benar bacaan, merekalah yang beriman kepadanya dan barang siapa mengingkarinya maka mereka termasuk orang-orang merugi (QS Al Baqarah : 121)
Menurut ayat tersebut, bahwa mereka yang membaca kitab Allah, Al Quran dengan ‘haqqa tilawah’ yang menurut sebagian mufassir adalah maknanya membaca dengan sebenar-benar bacaan sebagaimana ketika ia diturunkannya (orisinalitas tertinggi) maka hal tersebut merupakan bukti keimanan kepada kitab tersebut. Jika tidak melakukannya maka termasuk mereka yang mengingkarinya dan menjadi orang-orang yang merugi dan binasa di akhirat nanti. Maka pemaknaan ayat tersebut mengindikasikan pentingnya setiap muslim untuk ‘tilawah al Quran’.
Adapun kata yang mengisyaratkan ‘membacanya’ pada ayat di atas yaitu ‘yatluunahu’ yang merupakan kata dasar dari ‘tilawah’ dalam bentuk jamak dari kkbs yang mengisyarakatkan perbuatan sedang, terus menerus atau berkesinambungan (rutin). Dengan demikian, tilawah al Quran harus dilakukan secara terus menerus, rutin dan berkesinambungan sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah saw agar setiap muslim mampu mengkhatamkan bacaan al Quran pada setiap bulannya.
Makna Tilawah al Quran
Merujuk pada penggunaan kata dasarnya, tilawah pada awalnya bermakna ‘mengikuti’ sebagaimana dalam QS. Asysyams, Allah swt berfirman :
             
Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringi(mengikuti)nya  (QS. Assyams: 1-2)
Sinonim kata pada bahasa arab untuk makna tilawah adalah ‘tabi’a-yatba’u yang artinya sama yaitu mengikuti. Mengapa maknanya menjadi membaca? Makna tilawah menjadi membaca memiliki filosofi tersendiri. Jika kembali kepada arti asal katanya maka maksudnya adalah sebagai berikut :
1.     Mengikuti setiap huruf-demi huruf dengan segala tuntutan kesempurnaannya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, ini berarti membaca itu haruslah dengan benar sesuai dengan orisinalitas bacaan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, dipraktikkan sahabatnya dan dipelihara oleh para pengikut sunnahnya yang setia.
2.    Mengikuti apa yang dibaca baik perintah dan larangan serta instruksi-instruksi keimanan dengan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari sehingga nilai-nilai petunjuk al Quran menjadi aplikatif dalam kehidupan.
3.    Pengamalan tidak akan dapat tercapai kalau instruksi al Quran  tidak dipahami oleh karena itu bacaan petunjuk itu agar dapat aplikatif dalam kehidupan maka menuntut pemahaman.
Dengan demikian, makna tilawah bukan sekedar membaca tetapi membaca al Quran itu harus sempurna sesuai dengan contohnya (Tahsin), dipahami (Tafhim) dan diaplikasikan dalam kehidupan (Tabligh). Tentunya aktivitas ini harus dilaksanakan secara rutin, berkala dan berkesinambungan. Apabila cara seperti ini telah diaplikasikan oleh setiap muslim, maka mereka lah yang telah melaksanakan tilawah al Quran dalam pengertian yang sebenarnya. Wallahu a'lam.

Minggu, 25 Desember 2011

5 TANGGUNG JAWAB SEORANG MUSLIM TERHADAP AL QURAN


LIMA TANGGUNG JAWAB SEORANG MUSLIM TERHADAP AL QURAN
Oleh Ade Hanapi Abu Raudha, S.Pd.I
Al Quran adalah Kitab Allah petunjuk kehidupan menuju keselamatan dunia dan akhirat. Setiap muslim dituntut untuk berinteraksi dengannya, menjalin keakraban, menjadi sahabatnya bahkan menjadi keluarganya yang siap mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan kalau perlu nyawa demi al Quran. Kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai muslim terhadap al Quran menurut tuntutan Allah dan tuntunan Rasul-Nya dapat disimpulkan sebagaimana di bawah ini.
Lima Tanggung Jawab Muslim terhadap Al Quran (5 TMQ)
1.     Tilawah dan Tahsin
Tanggungjawab pertama seorang muslim terhadap al Quran adalam ‘tilawah’. Tilawah sering diartikan membaca. Sesuai dengan makna asal katanya yang berarti mengikuti, maka makna tilawah tersebut adalah mengikuti setiap huruf-demi huruf dengan segala tuntutan kesempurnaannya sebagaimana yang dicontohkan yakni dicontohkan oleh Rasulullah saw. Oleh karena itu tilawah yang berarti membaca, memiliki penekanan makna bahwa membaca itu harus tepat dan benar sesuai dengan orisinalitas bacaannya yang bersumber dari Rasulullah saw, dipraktikkan para sahabat dan dipelihara oleh para pengikut sunnahnya yang setia. Dengan demikian, pada kata tilawah terkandung pula makna tahsin. Tahsin menurut bahasa artinya membaguskan yakni membaguskan bacaan al Quran sebagaimana standar-standarnya yang telah ditetapkan dari sumbernya. Istilah Tahsin sering disebut dalam kitab-kitab bertemakan tentang tajwid (aturan membaca al Quran) sebagai sinonim kata tajwid, sementara menurut istilah, tajwid adalah mengeluarkan huruf-demi huruf dari tempat keluarnya dengan memberikan hak dan mustahaknya. Hak huruf adalah kesempurnaan pengucapan huruf disertai dengan kesempurnaan penerapan sifatnya sedangkan mustahak huruf adalah mengaplikasikan hukum-hukum bacaan terutama ketika satu huruf berhubungan dengan huruf lainnya.
2.    Tahfizh
Tahfizh al Quran adalah tanggung jawab berikutnya terhadap al Quran. Tahfizh berarti menjaga dan memelihara al Quran terutama dengan cara menghafalkannya atau dalam ingatan. Penjagaan dan pemeliharaan al Quran dengan cara ini, lebih mendekatkan setiap muslim pada al Quran karena ia dapat membacakannya di manapun kapan pun dengan mudahnya karena al Quran sudah tersimpan dalam ingatannya dan kesempatan untuk mendapatkan pahala pun semakin luas dan mudah. Adapun ayat al Quran  dan hadits-hadits shahih yang bersumber dari Rasulullah saw banyak sekali yang mengindikasikan pentingnya menghafal al Quran ini.
3.    Tafhim
Tafhim merupakan tanggung jawab seorang muslim terhadap al Quran yang ketiga. Tafhim berarti memahami. Banyak sekali ayat al Quran yang mengingatkan bahwa fungsi al Quran adalah sebagai petunjuk menuju keselamatan dunia dan akhirat oleh karena itu menuntut setiap muslim untuk memahami dan mampu mendalami maknanya dalam rangka menguak makna yang terdalam melaui tafsir dan tadabbur. Tanpa upaya ini, maka keagungan al Quran tidak akan dapat dirasakan dalam kehidupan.
4.    Tathbiq
Tathbiq al Quran merupakan tanggung jawab berikutnya. Tathbiq artinya adalah merealisasikan dalam pengamalan. Penjagaan dan pemeliharaan al Quran melalui hafalan adalah dalam rangka mendekatkan setiap muslim terhadap kitab petunjuk kehidupannya. Melalui pemahaman yang mendalam, maka nilai-nilai al Quran dapat berfungsi secara aplikatif dalam kehidupan sehingga tujuan dapat tercapai, kebahagiaan dunia dan akhirat pun telah menantinya.
5.    Tabligh
Tabligh adalah menyampaikan artinya, nilai-nilai al Quran yang telah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan bukanlah semata-mata untuk mencapai kesalehan secara pribadi saja tetapi setiap muslim pun dituntut untuk mensosialisasikannya kepada masyarakat secara umum sebagai wujud kepeduliaannya terhadap sesama sebab dalam suatu hadits disebutkan bahwa tidaklah seseorang dipandang sempurna keimanannya hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Jika seseorang peduli pada dirinya untuk menjadi orang yang baik dihadapan Allah dan takut akan ancaman-Nya maka kepedulian yang sama harus dibangun pula pada saudaranya sehingga menuntutnya untuk menyampaikan semua nilai-nilai kebaikan yang dipahami tersebut terhadap sesamanya.
LKP TARQI salah satu lembaga pembinaan Al Quran dan Studi Islam yang terletak di Jl. Pahlawan No. 64 Bandung, yang penulis aktif di dalamnya menjadi salah satu staff Pengajar, Al Quran berupaya membantu masyarakat kaum muslimin untuk merealisasikan Ke-lima tanggung jawab ini melalui program-program pembinaannya. Berbagai kalangan masyarakat dengan berbagai variasi usia dari balita sampai lansia telah ikut bergabung bersama LKP TARQI untuk bersama-sama pencapai realisasi ke lima tanggung jawab tersebut yaitu dengan keikut sertaan mereka pada program MMQ1 (Mahir Membaca Al Quran), MMQ2 (Mahir Menghafal Al Quran) dan MMQ3 (Mahir Memahami Al Quran).

DARI MANAKAH KITA MEMULAI BERINTERAKSI DENGAN AL QURAN


DARI MANAKAH KITA MEMULAI BERINTERAKSI DENGAN AL QURAN?
Oleh Ade Hanapi Abu Raudha, S.Pd.I

Banyak orang yang merasa kebingungan ketika mereka mulai menyadari harus berinteraksi dengan Al Quran. Di satu sisi meyakini Al Quran adalah kitab berisi petunjuk dan pedoman kehidupan sehingga mereka berkesimpulan bahwa yang paling penting berinteraksi dengan Al Quran adalah memahaminya agar dapat diamalkan, namun tidak sedikit yang berkeyakinan bahwa membaca Al Quran dalam arti membaca rangkaian huruf demi huruf, kata demi kata dan kalimat demi kalimat adalah semata-mata untuk nilai ibadah saja tanpa ada beban harus memahaminya walaupun meyakini pentingnya memahami al Quran tersebut. Ada juga yang bersungguh-sungguh menghafalkannya karena memang tidak sedikit keterangan-keterangan baik dari al Quran maupun sunnah Rasulullah saw yang menekankan pentingnya menghafal Al Quran. Efek yang buruk dari pemahaman yang parsial  berkaitan dengan tuntutan berinteraksi dengan Al Quran pada akhirnya mengantarkan seseorang pada sikap saling merendahkan pendapat yang lain dan mengunggulkan pendapat pribadinya, contoh, di antara mereka ada yang berkata, “buat apa al Quran di baca tapi kalau tidak paham artinya?” ada lagi yang berkata, “ buat apa al Quran dihafalkan, al Quran kan kitab petunjuk yang harus dipahami, jadi yang penting adalah memahaminya! Dan ungkapan-ungkapan lainnya yang sejenis dengan itu bahkan nyaris boleh jadi menjerumuskan pada kekufuran, contoh,”bagi saya membaca al Quran itu hanya murni sebagai ritual ibadah saja, kalau untuk dipahami terkadang banyak aturan-aturan yang tidak realistis dan aplikatif di zaman sekarang ini!”Na’udzubillah!
Agar terhindar dari kebingungan dari manakah sebenarnya kita memulai berinteraksi dengan Al Quran maka tentunya langkah yang paling tepat adalah dengan merujuk kepada pedoman yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, bagaimana beliau memulai belajar berinteraksi dengan Al Quran sebab beliau adalah satu-satunya panutan, rujukan dan contoh dalam melaksanakan amanat agama ini dengan benar.
Interaksi Beliau saw dengan Al Quran, didiskripsikan oleh Allah swt dalam QS. Al Qiyamah : 16-19 :
Ÿ
لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْناَ جَمْعَهُ وَ قُرْانَهُ (17)فَإِذَا قَرَأْناَهُ فَاتَّبِعْ قُرْانَهُ(18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19)
  
janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya. (QS. Al Qiyamah :  16-19)
Menurut ayat di atas, Allah menegur Rasulullah saw untuk tidak tergesa-gesa membaca al Quran ketika Jibril as belum selesai membacakannya atau mencontohkannya. Hal ini membuktikan bahwa Rasulullah saw demikian berusaha untuk menguasai bacaan al Quran dari sumbernya yaitu Jibril as yang menyampaikan wahyu tersebut dari Allah swt. berarti Rasulullah saw memulai interaksi dengan Al Quran melalui belajar membacanya. Pada kalimat berikutnya, Allah swt menginformasikan bahwa penguasaan Al Quran hanyalah murni merupakan hak prerogatif Allah yang akan dilimpahkan kepada siapapun yang dikaruniai-Nya atas kehendak-Nya. Sedangkan tugas dari mereka yang belajar adalah hanyalah menunjukkan kesungguhan dengan segenap potensi yang telah Allah berikan kepadanya baik akal, pikiran, fisik, waktu dan kesempatan secara maksimal. Hal tersebut diisyaratkan melalui kata perintah “fattabi’ yang berarti ‘ikutilah mengisyaratkan kesungguhan dan keterpaksaan dalam mengikutinya sesempurna mungkin sebagaimana yang dikehendaki atau dicontohkannya. Hal ini membuktikan bahwa kunci kesuksesan dalam berinteraksi dengan Al Quran adalah dengan menunjukkan kesungguhan bahkan memaksa diri untuk mengalahkan segala keinginan sebaliknya, terutama dalam hal memaksa diri dan bersungguh-sungguh untuk mampu membaca dan menyempurnakan bacaannya, karena kesungguhan merupakan dasar dinilainya suatu perbuatan oleh Allah swt sebagaimana dalam QS. Al Isra : 19.
Ayat selanjutnya memberikan jawaban kepada orang-orang yang berkesimpulan bahwa ‘bagi saya yang penting adalah memahaminya agar segera dapat diamalkan, tidak penting untuk belajar membacanya! Tentu pendapat ini keliru sebab melalui ayat di atas, Allah swt memberikan jaminan penjelasan kepada setiap orang yang telah bersungguh-sungguh dalam berinteraksi dengan Al Quran yang dimulai dari belajar membacanya. Dan bukankah pentingnya belajar membaca Al Quran pun telah diperintahkan oleh Al Quran itu sendiri melalui QS. Al-Muzzammil : 4, QS. Al Baqarah : 121 dan surat lainnya. Maka jika seseorang yang berpendapat demikian telah jujur dengan pernyataannya, yakni dia telah memahami perintah itu dari Al Quran, maka dia pun harus melaksanakannya. Dengan demikian, langkah berinteraksi dengan Al Quran yang paling penting adalah dengan memulai dari belajar membacanya yang disebut dengan Tahsin Al Quran, bersungguh-sungguh untuk mencapai target kesempurnaannya dalam rangka memantaskan diri agar menjadi orang-orang layak mendapatkan karunia dari Allah swt dalam kesempurnaan berinteraksi dengan Al Quran. Jika anda merasa kesulitan untuk mendapatkan tempat belajar yang representatif dan kondusif, Anda dapat menjadikan LKP TARQI yang terletak di Jl. Pahlawan 64 Bandung sebagai salah satu alternatif tempat belajar Al Quran yang Anda inginkan. Untuk informasi lebih lanjut dapat dikunjungi situsnya pada www.tarqi.org.